Kehidupan dalam perut bumi selama ini diperkirakan hanya beberapa satuan kilometer di bawah kerak bumi.
Namun
penelitian ilmuwan Universitas Yale menemukan kehidupan yang lebih
dalam dari perkiraan. Ilmuwan menemukan ada kehidupan pada kedalaman
sekitar 19 Kilometer. Temuan ini dianggap sebagai salah satu bukti
kehidupan terdalam yang pernah ada di bawah permukaan bumi.
Melansir Live Science, Jumat
6 Februari 2015, salah satu tim peneliti, Phillipa Stoddard, sarjana
departmemen geologi dan geofisika Universitas Yale menemukan jejak
bakteri pada batu di Pulau Lopez, barat luat Washington, AS.
Pada
batu tersebut, terdapat singkapan yang mengandung lapisan aragonit
mineral. Struktur ini merupakan struktur geologi yang ada di bagian
dalam bumi pada jutaan tahun lalu. Struktur bisa hadir dalam permukaan
bumi akibat proses geologi.
Nah, pada singkapan
tersebut, ilmuwan menemukan kandungan unsur karbon ringan namun dengan
kadar yang ganjil. Jejak karbon itu biasanya dihasilkan mikroba yang
mengeluarkan senyawa metana berkarbon.
Kadar karbon yang ganjil itu diperkirakan karena proses mikroba yang bertahan dari suhu dan tekanan ekstrim di dalam bumi.
"Saya
berpikir hasil sangat menggembirakan bagi kemungkinan adanya kehidupan
di planet lain. Semakin banyak kita belajar tentang lingkungan yang
ekstrim di planet kita, semakin kita menyadari betapa tangguh hidup
ini," kata Stoddard.
Dalam penelitian, bukti kehidupan ditandai
dengan adanya karbon. Stoddard mencari rasio isotop karbon dua yaitu
karbon-12 (C-12) dan karbon-13 (C-13). Karbon ini ternyata memiliki
tujuh neutron, berbeda dengan jumlah karbon pada studi sebelumnya yang
menunjukkan ada enam proton dan enam neutron pada inti atom.
Disebutkan hal itu akibat proses biokimia di masa lalu, isotop makin ringan.
"Mengingat
C-12 adalah isotop lebih ringan dan termodinamika dari C-13, maka C-12
benar-benar bisa bergerak lebih cepat," ujar dia.
Disebutkan
saat mikorba mengonsumsi molekul yang kaya karbon dan akhirnya
mengeluarkan limbah metana dengan isotop C-12 lebih ringan dibanding
C-13.
Penelitian ilmuwan Universitas Yale itu sejatinya
meneruskan penelitian pada 1990-an oleh JG Feehan dan Mark T. Brandon.
Saat itu studi mengidentifikasi jejak karbon ringan dengan aragonit itu.
Saat itu Feehan sudah menduga itu merupakan sidik jari dari
kehidupan yang super dalam. Akhirnya dugaan itu dibuktkan dalam riset
tim Stoddard.
Peneliti mengatakan pendekatan serupa tersebut
bisa memungkinkan terjadi pada kehidupan dalam planet di luar bumi.
Misalnya di Mars. Terlebih dengan fakta permukaan Mars memiliki
lingkungan yang berbahaya seperti radiasi kosmik dan terisolasi suhu
ekstrim.
Tim Stoddard masih terus mendalami temuan itu lebih rinci dalam beberapa bulan ke depan.
Sumber : http://teknologi.news.viva.co.id
Popular Posts
-
Pinegrow Web Designer 2.9 Full Crack adalah sebuah software yang dapat anda gunakan untuk membuat sebuah halaman web dengan cara yang m...
-
Dork :inur:plugins/tevolution < Bisa di kembangin Exploit:wp-content/plugins/Tevolution/tmplconnector/monetize/templatic-custom_fields/si...
-
Hi Guys after long Absence because study and some shits in real life i'm bak to share my privat tools with all today i gona sho...
-
Pengakuan mengejutkan terlontar dari mulut pelaku pembunuhan pembantu rumah tangga (PRT), Suti (50) yang tewas di rumah majikannya ...
-
Halaman Login terdapat pada website dinamis. Halaman ini adalah 'pintu' menuju halaman administrator, atau halaman user jika websi...
-
Cara Masuk Ke Website Yang Sibuk Seringkali kita kesulitan ketika ingin buru-buru membuka suatu website namun akibat penuhnya koneksi yang ...
-
Hai para pengunjungku yang sedang kesel karna di PC/LAPTOP sering muncul Dial-Up Connection, biasa disebabkan karna menginstall modem se...
-
Seperti yang kita ketahui bahwa bug SQL dan XSS sangat banyak , sampai saat ini pun masih banyak situs-situs yg mempunyai bug sql dan xss ,...
-
Tumbuhan-tumbuhan yang ada di alam sangat banyak jenisnya. Dari bergabgai jenis tumbuhan tersebut ada sebagian besarnya dimanfaatkan oleh ...
0 comments